Kamis, 06 Desember 2007

filsafat ilmu

ASPEK ONTOLOGI EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI PADA SOSIOLOGI

PENGANTAR

Manusia sebagai makhluk yang hidup secara bersama, dimana didalamnya terdapat interaksi komunikasi, saling membutuhkan satu sama lain, saling melengkapi terhadap segala kekurangan sehingga membentuk suatu tradisi dan kebudayaan. Di sisi lain masyarakat yang hidup menyatu sudah pasti muncul berbagai kepentingan satu sama lain, sehingga tidak jarang menimbulkan berbagai masalah konflik, ketegangan, kecemburuan, dan lain sebagainya. Guna untuk mempelajari seluk beluk kehidupan masyarakat maka muncullah didiplin keilmuan yang disebut sosiologi. Sosiologi yakni sebuah keilmuan yang ditemukan oleh para ilmuwan yang objeknya adalah masyarakat, diharapkan dapat dipelajari untuk mengetahui lebih dalam kehidupan masyarakat itu sendiri.

Dalam mendapatkan atau menemukan ilmu pengetahuan tentang masyarakat tersebut, para ilmuwan menggunakan suatu metode-etode yang sistematik. Metode-metode tersebut telah teruji guna memperoleh pengetahuan secara benar. Metode dalam penelitian ini sangat penting sekali karena akan berpengaruh pada hasil penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan atau sosolog. Melalui metode yang tepat akan dapat memperoleh suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya.

Sehingga dari hasil penelitian tersebut mempunyai manfaat dan kegunaan yang besar bagi masa sekarang maupun masa mendatang.

A. ASPEK ONTOLOGI

Definisi Sosiologi dan Hakekatnya

Sosiologi merupakan sebuah istilah dari kata latin Socius yang artinya teman, dan Logos dari kata Yunani yang artinya cerita, diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul Course de Philosophie Positive karangan August Comte (Surajio:24).

Adalah sangat sukar untuk memberikan definisi yang pasti, yaitu mengemukakan keseluruhan pengertian. Oleh karena itu suatu definisi hanya dipakai pegangan sementara saja. Sungguhpun penyelidikan berjalan terus dan ilmu pengetahuan tumbuh kea rah pelbagai kemungkinan, masih juga diperlukan suatu pengertian yang pokok dan menyeluruh.

Untuk patokan sementara, akan mencoba memberikan definisi sosiologi sebagai berikut ;

  1. Pitirim Sorakin mengatakan bahwa sosiologi berikut adalah suatu ilmu yang mempelajari :
    1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala social (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama ; keluarga dengan moral ; hukum dengan ekonomi ; gerak masyarakat dengan politik dan sebagainya).
    2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala social dengan gejala-gejala non-sosial (misalnya gejala geografis, biologis dan sebagainya).
    3. Ciri-ciri umum dari pada semua jenis gejala-gejala social.
  2. Roucek and Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan kelompok-kelompok.
  3. William F Ogburn and Mayer F. Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi social dan hasilnya yaitu organisasi sosial.
  4. Menurut Lammers sosiologi adalah ilmu tentang struktur yang stabil dan proses sosial.
  5. Menurut Joseph B. Gitter sosiologi is the study of the forms and processes of human togetherness.
  6. Robert W, O’Brien, Clarence C. Schrag dan Walter T. Martin, memberikan definisi; Sociology is the study of human interaction and social organization.
  7. Max Weber berpendapat sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosioal.
  8. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi berpendapat, sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur social dan proses-proses social termasuk perubahan social.
  9. Paul B. Horton, berpendapat sosiologi ialah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.

Apabila sosiologi di telaah dari sudut sifat hakekatnya, maka akan dijumpai beberapa petunjuk yang akan dapat membantu untuk menetapkan ilmu pengetahuan macam apakah sosiologi itu.

  1. Sosiologi adalah suatu ilmu social dan bukan merupakan ilmu pengetahuan alam ataupun ilmu pengetahuan kerohanian.
  2. Sosiologi bukan merupakan disiplin normative tetapi adalah suatu disiplin yang kategoris ; artinya sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini, dan bukan mengenai apa yang terjadi dewasa ini, dan bukan mengenai apa yang terjadi atau seharusnya terjadi.
  3. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan murni (pure science) dan bukan merupakan ilmu pengetahuan penterapan (applied science).
  4. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang kongkrit.
  5. Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum.
  6. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional.
  7. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum dan bukan ilmu pengatahuan yang khusus.

Objek Sosiologi

Sebagaimana ilmu-ilmu social yang lain, objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut pandang hubungan antar manusia, serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyrakat.

Namun perlu diketahui pula bahwa dalam memberikan batasan tentang masyarakat itu masih sukar. Oleh karena itu pulalah istilah masyarakat mengandung banyak factor, sehingga meskipun diberikan suatu definisi yang berusaha mencakup keseluruhannya, masih ada juga yang tidak memenuhi unsure-unsurnya. Ada beberapa sarjana memberikan definisi masyarakat seperti :

  1. Mac Iver and Page

Masyarakat adalah suatu sistim dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompokdan penggolongan dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia.

  1. Ralph Linton

Masyarakat meupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur dirinya mereka sebagai suatu kesatuan social dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.

  1. Selo Soemardjan

Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.

Dari beberapa definisi di atas sama-sama berobyek pada masyarakat yang mencakup beberapa unsure, yaitu :

  1. Manusia yang hidup bersama.
  2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama.
  3. Mereka sadar bahwa mereka satu kesatuan.
  4. Mereka suatu system hidup bersama.

B. ASPEK EPISTEMOLOGI

Sebagaimana ilmu pengetahuan lainnya, sosiologi harus memenuhi syarat-syarat ilmiah. Karena sosiologi meneliti kehidupan manusia sebagai kenyataan (das sain) maka tidak dapat dihindari bahwa metode penelitiannya haruslah bersifat empirik. Dari beberapa kejadian nyata sosiologi harus dapat mengambil kesimpulan dan menyusunnya secara logik dan sistematik. Adapun yang dijadikan bahan penelitiannya ialah hal-hal yang diduga merupakan kenyataan dan terjadi secara berulang. Sebagaimana yang telah dikutip Astrid S. Susanto, Roland J. Pellegrin berpendapat bahwa pendekatan empirik dari sosiologi inilah yang memberi ciri khas kepada sosiologi dalam membedakannya dari ilmu-ilmu sosial lainnya (Susanto: 4)

Karena sosiologi dengan ilmu social yang lain objek materinya memiliki banyak persamaan maka justru dalam segi seleksi dari bberapa perspletif dan aspek proses kehdupan manusia maka sosiologi membedakan diri dari ilmu-ilmu tetangganya bersamaan dengan ilmu-ilmu social lainnya, sosiologi memepelajari tidakan manusia dalam kelompok hidupnya. Persamaan ini terdapat lebih jauh dalam usajha mengerti keteraturan dan ketertiban yang terdapat dalam masyarakat, sehingga keteraturan ini diharapkan diusahakan untuk dianalisa sebab-sebabnya. Disamping itu dalam kehiduapan kelompok manusia pada umumnya mengikuti kebiasaan kelompokknya, mengikuti peraturan yang berlaku. Justru usaha individu atau kelompok untuk menyesuaikan diri ataupun melawan usaha keseragaman oleh kelompokknya ataupun masyarakat luasnya itulah meruapakan bahan penelitian bagai berbagai ilmu social. Disamping itu dalam meneliti objek materinya ilmu-ilmu social menggunakan metode penelitian yang tidak banyak berbeda dari ilmu umum dicapai oleh ilmu-ilmu sosial lainnya.

Dengan demikian muncul pertanyaan letak perbedaan sosiologi dengan ilmu sosial lainnya? Perbedaan pertama terletak pada pendekatan penelitiannya : sosiologi menganalisa dan meneliti kelompok seakan-akan merupakan suatu atau objek yang menunjukkan ciri-ciri khas, walaupun ia mengetahui bahwa bidang hasil penelitian sebagai hasil hubungan antar manusia sebenarnya bukan sesuatu yang dapat dibatasi dengan nyata. Pendidikan ini dirasa perlu untuk dapat memperoleh keterangan-keterangan tentang struktur, misi, dan hubungan dari bagian-bagian keseluruhan kehidupan manusia. Dengan demikian yang menjadi objek sosiologi berupa hubungan, sehingga bukan sesuatu yang dapat dilihat akan tetapi hanya diketahui sebab dan akibatnya, menyebabkan bahwa penelitian sosiologi mengalami banyak kesukaran.

Salah satu kesukarannya ialah bahwa manusia yang hubungan serta tindakannya diselidiki, tidak dapat diteliti secara terisolir dari lingkungan dan pengaruh-pengaruh terhadap dirinya, seperti pengaruh masa lampau, pengaruh kebudayaan, pendidikan dan seterusnya. Dalam proses ini sosiologi harus menyusun analisa tentang keteraturan, struktur serta hubungan beban antar manusia meminta juga dari orang-orang yang mendalaminya, suatu kemampuan untuk berfikir abstrak. Sehubungan dengan kebutuhan bahkan tuntutan dari pendekatan ini, maka dengan ini sosiologi tidak dapat menarik kesimpulannya dari kejadian-kejadian yang terjadi yang berulang dan teratur serta kurang menaruh pehatian terhadap apa yang lain dari lainnya. Selanjutnya berbeda dengan ilmu-ilmu sosial lainnya yang terbanyak bersifat normative, sosiologi sebaliknya bersifat objektif dari penelitiannya dengan membuang dan menjauhkan sebanyak mungkin nilai-nilai pribadinya pada waktu pengadaan penelitian.

Sosologi dalam hal ini dapat memilih metode kualitatif dan kwantitatif. Metode kwalitatif mengutamakan yamg sukar dapat diukur dengan angka-angka lain yang eksak, walaupun bahan-bahan tersebut nyata dalam masyarakat. Didalam metode kwalitatif termasuk metode historis dan metode komfaratif yang dikombinasikan menjadi historis kompararatif. Metode historis menggunakan analisa atas peristiwa-peristiwa dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum. Metode komparatif mementingkan perbandingan antara berbagai masyarakat beserta bidang-bidangnya, untuk memperoleh perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan. Metode case study bertujuan untuk mempelajari sedalam-dalamnya salah satu gejala dalam kehidupan masyarakat. Case study dapat digunakan untuk menelaah suatu keadaan, kelompok, masyarakat setempat, lembaga-lembaga, dan individu-individu. Metode kuntitatif mengutamakan bahan-bahan dengan angka-angka, sehingga gejala-gejala yang ditelitinya dapat diubah dengan menggunakan skala-skala, indeks, table dan formula yang semuanya itusedikit banyanya menggunakan ilmu pasti. Selain metode-metode diatas, dapat juga menggunakan metode deduksi dan induksi. Metode induksi yaitu mengambil kesimpulan dari banyak kejadian yuang terjadi secara berulang dan perhatikan kesamaan. Hal ini tidak berarti bahwa sosiologi tidak memperhatikan perbedaan yang ada, akan tetapi dalam garis besarnya, justru karena syarat ilmiah ialah :

  1. bahwa sesuatu harus mempunyai nilai universal
  2. bahwa sesuatu harus dapat diverivikasi kebenarannya
  3. bahwa sesuatu harus objektif, artinya tidak merupakan hal yang khusus., maka sosiologi mengunakan metode induksi.

Sebagaimana diketahui metode deduksi meruapakan metode dengan arah kerja/pemikiran yang bertentangan arah dengan metode induksi, yaitu mengadakan suatu dari yang kemudian diusahakan untuk dibuktikan. Biasanya dalam mengadakan suatu penelitian kedua-keduanya dipakai yaitu kalau sesorang hendak meneliti sesuatu maka ia telah mempunyai suatu dugaan bahwa suatu terjadi, hal mana diusahakan dibuktikan dengan jalan menggunakan penelitian. Penelitiannya akhirnya akan memberikan kepada peneliti data serta menjelaskan fakta yang diperoleh melalui observasi. Berdasarkan ini pulalah maka peneliti akan menggunakan metode induksi.

Sehubungan dengan objek materi dan objek formal dari sosiologi perlu dibahas pula applied sociology atau sosilogi terapan. Sebagaimana yang telah dikatakan objek formal dari sosiologi ialah usaha ilmu ini untuk meningkatkan pengertian tentang hubungan antar manusia, meningkatkan kerjasama. Dengan sendirinya jelas pulalah bahwa pengetahuan yang telah dikumpulan oleh sosiologi dapat diterapkan dalam bidang-bidang praktek yang menyangkut bidang kehidupan ini.

C. ASPEK AKSIOLOGI

Setelah sebelumnya dijelaskan aspek-aspek ontologi dan epistemologi, maka dalam bahasan selanjutnya mencoba menjelaskan aspek aksiologi sosiologi. Seperti telah diketahui bersama bahwa aksiologi merupakan nilai kegunaan suatu ilmu,(Yuyun S. Sutriasumantri:227), maka dengan demikian akan dibahas kegunaan-kegunaan sosiologi mengatasi problema-problema dalam sosial.

Sosiologi menyelidiki persoalan-persoalan umum dalam masyarakat dengan maksud untuk menemukan dan menafsirkan kenyataan-krnyataan kehidupan kemasyarakatan-kemasyarakatan, sedangkan usaha-usaha perbaikannya merupakan bagian sari pekerjaan sosial (social work). Maka dengan kata lain sosiologi untuk memahami kekuatan-kekuatan dasar yang berada dibelakang kelakuan sosial; pekerjaan sosial berusaha menanggulangi gejala-gejala abnormal dalam masyarakat atau untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat.

Jadi pada dasarnya problema-problema sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral; problem-problem tersebut merupakan persoalan oleh karena menyangkut tata kelakuan yang immoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak.

Walaupun pada pokoknya sosiologi meneliti gejala-gejala kemasyarakatan, namun juga sosiologi perlu mempelajari problema-problema sosial., namun problema-problema tersebut merupakan aspek-aspek dari tata kelakuan sosial. Maka demikian sosiologi juga berusaha dengan problema-pronlema sosial seperti kejahatan, konflik antar ras, kemiskinan, perceraian, pelacuran, dan sebagainya. Hanya dalam hal ini sosiologi bertujuan untuk menemukan sebab-sebab terjadinya problema-problema tersebut; sosiologi tidak terlalu menekankan pada pemecahan atau jalan keluar dari problema-problema tersebut. Oleh karena usaha-usaha untuk mengatasi problema-problema sosial hanya mungkin berhasil apabila didasarkan pada kenyataan serta latar belakangnya, maka sosiologi dapat pula ikut serta untuk membantu mencari jalan keluar yang efektif (Soejono Soekanto: 281). Selain kegunaan-kegunaan diatas sosiologi juga berguna bagi proses pembangunan.

KESIMPULAN

Sosiologi bila ditinjau dari Aspek Ontologi, Epistemology dan Aksiologi adalah :

1. ASPEK ONTOLOGI

a. Sosiologi sangat sukar dirumuskan definisi (batasan makna); yaitu mengemukakan keseluruhan pengertian sifat hakekat yang dimaksud dalam beberapa kata dan kalimat. Suatu definisi hanya dapat dipakai suatu pegangan sementara saja.

b. Sifat hakikat sosiologi

- Sosiologi adalah ilmu social

- Sosiologi bukan merupakan disiplin normative tapi kategoris

- Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan murni bukan terapan

- Sosiologi ilmu pengetahuan yang abstrak

- Sosiologi bersifat empiris dan rasional

- Sosiologi ialah ilmu pengetahuan umum dan khusus.

c. Adapun objek sosiologi adalah masyarakat

2. ASPEK EPISTEMOLOGI

Metode-metode sosiologi antara lain :

a. Metode kualitatif di dalamnya termasuk metode komparatif (gabungan metode sosila dan komparatif)

b. Metode Kuantitatif

c. Metode Case-Study

d. Metode Induktif

e. Metode Deduktif

3. ASPEK AKSIOLOGI

Kegunaan sosiologi antara lain :

a. Sosiologi menyelidiki masalah umum dalam masyarakat.

b. Sosiologi bertujuan untuk menemukan sebab-sebab terjadinya masalah dalam masyarakat.

c. Sosilogi membantu jalan keluar secara efektif dalam menyelesaikan masalah dalam masyarakat.

d. Sosiologi juga berguna bagi pembangunan

DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soejono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Universitas Indonesia. 1969.

Susanto, Astrid S. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Jakarta. Bina Cipta. 1983

Sutria Somantri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta. Sinar Harapan. 2005

Suarajiyo. Filsafat Ilmu dan Perkembanganya Di Indonesia Suatu Pengantar. Jakarta.

Dwi Aksara.2007.

Http://wikimediafoundation.org/wiki/pengulangan_dana.